Masa Pandemi bisa Membuat Kita Menjadi Ablutomania?

Ablutomania adalah sebuah gangguan psikologis yang menyebabkan seseorang mempunyai kebiasaan berlebihan untuk membersihkan diri demi tujuan steril. Biasanya Mereka selalu melakukan kegiatan cuci tangan, membawa banyak tisu dan mandi dengan jumlah diatas normal.

Kondisi psikologi ini memang sudah digolongkan kepada kelainan. Disamping karena gejalanya, kondisi ini juga berimplikasi kepada stress, ketakutan berlebih dan paranoid yang tak masuk akal.

Di masa pandemi covid 19 atau corona ini, Kita dikampanyekan selalu mencuci tangan, manjaga jarak dan memakai masker. Tentu bagi penderita gangguan ablutomania ini termasuk hal yang Mereka sudah tahu dengan baik bahkan sebelum adanya pandemi virus covid 19 atau covid 19 ini.

Namun, pernahkah memperhatikan bahwa covid 19 atau masa pandemi ini bisa menjadikan Kita seorang Ablutomania? contohnya pun banyak disekitar. Ada yang sudah menjadi penderita ablutomania, ada yang biasa saja bahkan masih tidak sama sekali memperhatikan kesehatan.

Lalu, bisakah Kita menjadi seorang ablutomania? jawabannya bisa. Mengapa? jika Kita menanggapi musim pandemi ini sebagai ketakutan dan bukan berorientasi kepada kesehatan.

Bagaimana kondisi psikologis manusia ketika berita menampilkan korban jiwa meninggal atas keganasan virus ini? lalu ambulance yang mondar-mandir serta penjemputan pasien yang telah positif corona? Tentu beragam dan sifatnya aneh-aneh bukan? Sebenarnya dalam menghadapi ini, harus bertujuan positif misalnya, “Kita ingin terhindar dari virus ini dan yakin Kita akan selalu sehat serta bisa melewati ini”. Bukan dengan anggapan pesimis bahwa “Kita semua bisa tertular”.

Ablutomania sudah digolongkan sebagai gangguan dan bukan lagi kebiasaan yang diwajari. Kenapa? karena ablutomania itu berdasarkan pada trauma, ketakutan dan paranoid yang muncul menyerang pikiran-pikiran manusia sehingga akan selalu berlebihan dan menampilkan reaksi yang berlebihan pula.

Semua bisa menjadi seorang yang mengidap ablutomania dan bisa juga tidak mengidap ablutomania berdasarkan akal sehat. Ablutomania juga akan membuat efek buruk. Bagaimana tidak? virus ini berdampak buruk bagi fisik ditambah lagi kesehatan mental yang buruk seperti ablutomania.

Semua ditangan Kita masing-masing. Kita tidak boleh takut namun waspada karena Kita juga masih punya aktivitas serta kegiatan yang tidak boleh berhenti di masa pandemi ini.

Semoga Bumi ini kembali sehat dan sentosa..

Wajibkah Percaya Dengan Teori Konspirasi Corona?

Akhir-akhir ini kita diributkan dengan info-info liar tentang Corona atau Covid 19 yang berseliweran dari berbagai sisi dan seakan menusuk mata, telinga dan diri Kita.

Mereka terbagi menjadi 2 bagian. Yang pertama adalah Tim Lapangan dan yang kedua adalah Tim Konspirasi. Mereka saling bunuh dengan berbagai argumen, teks artikel, penuturan ahli dan bukti-bukti eksperimen yang sudah dilakukan bahkan menyisipkan fakta yang mereka lihat dan rasakan.

Fenomena inilah yang sangat mengganggu walaupun kelihatannya sangat menarik jika ada sisi kontradiksi dalam satu fenomena seperti corona ini. Perseteruan yang menarik karena bukan perseturuan barbar ataupun fisik melainkan yang bersifat kedokteran, teori, pengetahuan dan sains.

Memandangnya pun sangat bergairah. Mulai dari bangun pagi melihat handphone, membuka Instagram, lalu digiring kepada media sosial yang berbau konsprasi dan konten-konten kontroversial ataupun isu.

Bahkan dalam sepekan terakhir di twitter ramai tentang himbauan “FilmYourHospital” sebuah ajakan yang mengajak para manusia untuk membedah isi rumah sakit demi tujuan meyakinkan bahwa tidak ada kesibukan yang dipertontonkan dalam perawatan Corona alias “Corona tidaklah ada”.

Di Indonesia, ada seorang tokoh musisi yang cukup kontroversial dengan segala argumennya. Ia sangat vokal mengungkapkan dan mencoba membuktikan bahwa corona tak seperti diberitakan. Bahkan Ia mengutip peran media dalam konspirasi global.

Yang kedua ada seorang mantan menteri berprestasi yang sedang tersandung kasus hukum menyatakan bahwa “bisa jadi” ini adalah peran suatu Negara atau organisasi dunia demi kepentingan penciptaan vaksin serta industri farmasi walaupun beliau tidak langsung menuduh tetapi Ia berkata “kemungkinan atau bisa jadi”.

Kemudian ada film pendek yang berjudul “plandemic: The Hidden Agenda Behind Covid-19″ yang diproduksi oleh perusahaan produksi milik Mikki Willis yang berbasis di California, Elevate, yang memproduksi video konspirasi lainnya pada masa lampau dan didalamnya terdapat kesaksian mantan peneliti medis yang bernama Judy Mikovits”

planedemic

ilustrasi saya berjudul “planedemic” yang menggambarkan corona seperti bom pembunuh massal

Sementara itu, sangat banyak juga yang berlawanan di sisi berbeda diantaranya para pakar, akademisi dan dokter serta tenaga medis yang berlumuran virus di baju medisnya/APD demi tugas mulia.

Mereka mengatakan bahwa keganasan corona itu ada!

Mereka meminta untuk para konspirasi percaya dan mencoba mencekoki para orang yang percaya dengan teori konspirasi dengan fakta-fakta lapangan.

Mereka juga ingin semua orang membantu dan bahu membahu karena saat ini yang terpenting bukan berdebat melainkan saling membantu didalam suasana pandemi.

Orang-orang yang percaya dengan teori konspirasi pun menyerang balik!

Mereka punya bukti seperti jurnal WHO yang misteri, rekaman video Bill Gates yang seakan meramalkan wabah yang sejatinya Ia bukan ahli kedokteran atau riset dan pengalaman korban yang diduga corona namun ternyata tidak! dan bahkan alat rapid test yang error juga tak luput dari pembuktian.

Baiklah, disinilah kesimpulannya.

Teori Konspirasi itu bukan untuk dipercaya, namun untuk dicari kebenaranya. Karena hidup itu untuk mencari kebenaran. Perkara sesat logika itu karena salah metode atau hanya terhenti. Namun jika melanjutkan jalan pikiran dan metode maka akan menuju kepada kebenaran.

Tidak bisa dibilang mana yang benar dan salah. Namun satu, Eksistensi virus ini nyata meskipun rasio atau kuantitas korbannya serta efeknya masih harus diteliti.

Seseorang boleh saja punya riset sendiri ataupun opini serta argumen dengan contoh seperti “Bumi itu trapesium”

Kita tak perlu mempermasalahkan sang pencetus namun kita harus membuktikannya. Demikian pula dengan Covid 19 walaupun yang lebih penting adalah Kita perlu menyembuhkan dan memulihkan bumi yang sedang sakit ini.

 

 

 

 

sumber:

https://id.wikipedia.org/wiki/Plandemic

https://www.instagram.com/silly.rilly/?hl=id

https://newsmaker.tribunnews.com/2020/05/07/jerinx-sid-klaim-punya-data-terkait-konspirasi-corona-sebut-hasil-swab-test-rapid-test-tak-valid

https://kumparan.com/sabir-laluhu/runtuhnya-argumentasi-konspirasi-perkara-siti-fadilah-1tWEzT1GPP9