Dewasa itu Membosankan? mungkin Kita yang Masih Kekanak-kanakan

Dewasa dan masa kanak-kanak itu jelas berbeda. Bebannya, kewajibannya dan hak nya pun sejatinya berbeda. Masing-masing komponen bisa berkurang, bertambah, hilang atau bahkan berganti yang baru.

Mengapa orang-orang bilang katanya dewasa itu membosankan? Karena mereka hanyalah bicara soal hak, mendapatkan saja dan lebih menghindari masalah hidup.

Sehingga memang wajar saja mereka seperti itu. Hei kawan, kehidupan itu pasti berjalan selaras dengan usia. Semua pasti berbeda.  Jangan bilang membosankan saja. Ya, membosankan kadang meluncur dari mulut yang sedang menghadapi masalah dan proses.

Tapi setelah melihat dan merasakan hasilnya? Apakah kamu masih mau bilang dewasa itu membosankan? Padahal jadi dewasa juga tak melulu soal kewajiban. Saat kanak-kanak memang kita hanya mendapatkan dan diberi tanpa harus memberi dan berusaha mendapatkan.

Maka memang ini berbeda. Okelah, kita hidup dewasa dan sering memberi melulu dan membuat kita lelah. Namun dewasa mengajarkan Bahwa kita tak cuma hidup untuk menerima namun memberi.

Betapa banyak pelajaran itu karena generasi akan berjalan. Generasi yang menerima kasih, perhatian dan hak akan jadi generasi yang memberi dan menyalurkan itu semua kepada bayi-bayi yang akan lahir ke dunia.

Percayalah. Dewasa tak sepenuhnya membosankan walaupun kadangkala membosankan. Disitulah indikator bahwa kita harus beralih dan berubah. Disanalah juga kita akan mengucapkan selamat datang kepada kehidupan baru sebelum kita meninggalkan dunia dengan selamat tinggal di sisa umur. 

~

Menjadi Baik di lingkungan yang Buruk

Sudah memperbaiki diri, berevolusi, berproses dan menghasilkan diri yang baik pun rasanya tak cukup. Lho? Padahal menjadi pribadi yang baik adalah tujuan tiap insan.

Benar sih, tapi jika lingkungannya toxic,  buruk dan tak bersahabat bagaimana? Mau semangat walau dunia tak sedang hangat apa mudah? Tidak juga sih sejujurnya.

Lalu bagaimana? Deraan ujian memang banyak dan sulit untuk dilalui. Kita tak munafik, memang sulit. Tak ada yang mudah namun semuanya bisa.

Kadang manusia bisa tidak salah namun salah tempat saja. Bagaimana? Maksudnya? Ya, ada saja orang-orang yang baik namun dilahirkan di keluarga yang bermasalah, ditempatkan pada teman yang menjatuhkan dan ditengah-tengah orang-orang yang tak menggubris kebaikan.

Ini lah mungkin penyebab kadang manusia ogah untuk menjadi pribadi yang baik. Karena memang faktanya begitu. Walaupun kebaikan tak mengenal lingkungan. Ya, yang harus diingat adalah bahwa kebaikan tak mengenal lingkungan dan waktu.

Sekalipun kebaikan itu tak dipandang atau bahkan dipandang buruk. Karena memang dunia bisa saja sedang krisis orang baik. Tiada yang tahu. Siapa yang tak tahu? Memang begitu kan?

Fakta lainnya karena tak ada contoh kebaikan yang dipandang baik. Misalnya kenakalan, jiwa pemberontak dan anarkis yang dipandang baik walau jauh sekali dari nilai kebaikan.

Karena memang lingkungan adalah faktor yang paling berpengaruh pada diri. Semua pun tahu kalau kita harus tetap mewarnai walau sekitar kita memilih menggelapkan diri.

Tak ada syarat dalam kebaikan dan tak ada batas dalam kebaikan.

Berbagi lah

#cutecutters

Apakah harus “Aku adalah apa yang orang lain perlakukan padaku”?

Pernah mendengar kata “Jika orang lain baik kepadaku, maka Aku baik dan sebaliknya, jika orang lain jahat, maka Aku pun bisa lebih Jahat”

Wow! sering sekali menemukan orang dengan kalimat seperti ini. Rata-rata hampir 60 sampai 70 persen. Perkataan seperti ini pun bertebaran dimana-mana. Tapi ini bukan sekadar kalimat biasa, melainkan adanya suatu dalam bersikap dan menentukan antara hubungan manusia satu dengan manusia lainnya.

Memang benar jika ada seseorang yang teguh dengan kalimat tersebut. Memang benar juga karena manusia memiliki hati, empati, simpati dan bahkan respon timbal balik. Hukum kausalitas juga berjalan dalam kehidupan di dunia.

Jika berbuat jahat akan dibenci dan jika berbuat baik akan dicintai dan dikenang. Namun, ada yang bilang bahwa kebaikan itu tak terhingga atau tanpa batas sekalipun sudah di sakiti, dicerca, dihina atau bahkan dihancurkan.

Bukan tanpa sebab, ada banyak bukti beberapa manusia yang kuat dan hebat walau dihancurkan namun tetap memaafkan dan bahkan mengasihi. Mereka adalah manusia-manusia super nan hebat. Bagaimana tidak, haknya, kebebasannya dan miliknya direnggut namun tetap saja kokoh dan berbuat baik kepada orang yang jahat pada dirinya.

Lalu, apakah kalimat “Jika orang lain baik maka Aku pun baik dan sebaliknya, jika Orang lain jahat, maka Aku pun jahat” itu benar? bukankah wajar saja jika hidup itu aksi reaksi? bukankah wajar saja karena manusia mempunya hati yang rentan pada trauma serta mempunyai sakit hati?

Atau apakah ini hanya suatu pilihan hidup saja dalam kebaikan? kebaikan bisa saja tanpa batas, namun jika belum bisa berbuat luar biasa dengan bersikap baik pada orang yang telah menjahatimu maka setidaknya buatlah pelajaran agar Ia sadar.

Marah boleh, benci pun juga boleh asalkan tetap pada batas wajar dan dalam proses memberikan pelajaran pada orang yang telah berbuat jahat. Karena tujuannya pun BAIK bukan? setidaknya itulah kemarahan yang berguna untuk membuat kesadaran pada seseorang.

Jika mau tetap baik pun juga tak apa-apa. Karena bentuk perlakuan itu bermacam-macam dan beragam. Semua orang punya cara yang berbeda. Semua orang punya lingkungan dan orang-orang yang berbeda dalam hidupnya. Menemukan formula dan mengatasinya itu sah-sah saja.

Menjadi seorang yang ‘jahat’ demi membuat pelajaran terhadap kejahatan seseorang memang terdengar seram alias pendendam. Tapi ada 1001 cara supaya membuatnya menjadi lebih humanis.

Manusia bukan terbuat dari baja. Seseorang bisa saja hancur karena perkataan, perbuatan atau apapun itu.

Jika tak mau hancur atau menghancurkan? maka menjadi seseorang yang baik adalah opsi tunggal dalam hidup.

Cinta itu baik bagi orang yang buruk atau Cinta itu buruk bagi orang yang baik?

Berbicara soal cinta dan cinta sih kadang menyenangkan kadang membosankan. Menyenangkan bagi yang berhasil dan membosankan bagi yang gagal. Kadang sih ada cerita bahwa cinta itu baik bagi orang-orang yang buruk. 

Bagaimana maksudnya? seseorang yang sedang buruk-buruknya dalam kehidupan misalnya sedang ditimpa stress, kehampaan, masa lalu yang kelam dan kesepian pasti membutuhkan cinta.

Karena ada yang bilang bahwa orang yang sering tidur, selalu marah-marah dan membenci hidup biasanya adalah orang yang membutuhkan cinta. Mereka kurang diberikan kasih sayang dan perhatian khusus. Entah benar apa tidak, yang jelas ini sudah dibuktikan sebagian besar orang.

Ketika melihat seseorang yang sering melemparkan amarah walau tak jelas sebabnya, ketika memperhatikan seseorang yang hanya menyendiri hingga Ia membenci lingkungannya walaupun lingkungannya normal, ketika mengetahui seseorang yang menghabiskan waktunya dengan memejamkan mata berjam-jam diselimuti selimut yang dingin layaknya hatinya, saat itu juga semua orang menyadari bahwa Mereka itu bisa saja tak bersemangat.

Kenapa bisa? saat tak ada yang memperhatikan, saat tak ada yang memberikan kasih dan saat tak ada yang menemani jelas tak akan menikmati hidup dengan layak. Tak perlu seorang yang rupawan, bergelimang harta dan tinggi akan popularitas. Kehadiran dan perhatian akan bermakna dengan sederhana kepada orang-orang yang berbeda-beda. Sederhananya, tiap orang membutuhkan cinta. Suka atau tak suka walau ada trauma dalam mencinta pun pasti mengobatinya dengan cinta.

Ketika seseorang yang mengalami kehidupan yang buruk dalam periode tertentu, yang Ia butuhkan hanyalah seseorang yang memahami apa maunya dan apa yang diinginkannya bersama orang yang memahaminya. Seseorang tersebut tak akan mengemukakan amarah dengan brutal karena Ia sudah mengenal yang lebih baik dari kemarahan yaitu rasa kasih sayang. Seseorang juga tak akan membenci hidup karena Ia sudah dicintai. Seseorang juga tak akan menghabiskan waktu-waktunya di atas ranjang hanya untuk tidur karena Ia akan menghabiskan waktu diluar sana dengan orang terbaiknya.

Karena itu kebanyakan orang yang menyaksikan dan mengalami setuju bahwa ‘cinta itu baik bagi orang yang buruk’. Mereka tahu dan Mereka mengalaminya dengan baik. Sehingga kalimat itu mungkin benar adanya. Karena yang terpenting bahwa manusia butuh cinta bukan?

Tetapi, untuk melihat fakta tentang romansa kadang tak secerah cinta itu sendiri. Setelahnya, orang-orang bilang bahwa ‘cinta itu buruk bagi orang-orang yang baik’. Wow! sungguh realita yang berkebalikan dikala semua merasakan keindahan cinta dan definisi sesungguhnya namun sebagian lagi tidak demikian dan setuju dengan kalimat ‘cinta itu buruk bagi orang-orang yang baik’.

Ironi atau peristiwa biasa? dalam cinta sih pasti ada yang gagal dan ada yang berhasil. Tapi ini bukan masalah gagal dan berhasil. Ini lebih kepada “apakah orang yang baik seringkali terluka oleh suatu hubungan?” 

Pertanyaan ini mendasar bahwa katanya orang-orang yang baik bahkan terlalu baik mendapat balasan yang buruk dari sebuah hubungan. Kenapa harus orang-orang baik yang mengalami? terasa tidak adil? kalau berkaca pada fakta ya memang ada saja sih. Tapi penyebabnya justru tak seburuk itu kok. 

Perpisahan yang menyisakan duka pun tak semuanya buruk, bagaimana bisa? jika perpisahan itu menghentikan segala kesedihan dan rentetan penyiksaan batin, apakah itu buruk? jika perpisahan dan kehancuran hubungan adalah cara untuk menjauhkan seseorang yang tak layak bagimu apakah itu buruk? jika seseorang yang baik namun membuat kesalahan dan mengalami ini semua pun bukanlah hal terburuk. Setidaknya Ia bisa sadar bahwa hubungannya tak benar-benar sehat.

Obat luka pun terasa perih menyayat kulit namun bertujuan baik. Ini hanya sementara dan memang tak mudah. Namun untuk kalimat ‘cinta itu buruk bagi orang-orang yang baik’ itu ada benarnya. Siapa bilang tak ada benarnya? kalimat itu benar-benar nyata dan terjadi hanya saja orang-orang tak mengulas sebabnya lebih dalam dan mungkin kalimatnya harus berganti menjadi ‘cinta itu belum tentu terlihat buruk bagi orang-orang yang baik’ atau cinta yang salah itu buruk bagi orang yang baik

Sehingga orang-orang tak perlu takut, trauma dan menyalahkan cinta. Semua akan menyadari bahwa kalimat tersebut memang benar adanya jika dilihat dengan kasat mata. Tetapi selanjutnya Mereka akan lebih mengulas dan mengambil hikmahnya bahwa “ini tidaklah buruk!”

Cinta itu buruk untuk orang yang baik? sepertinya Kita harus menambahkan tanda kutip pada kata ‘cinta’ bukan? buruk yang baik juga boleh ataupun buruk yang menurut diri sendiri saat itu namun tidak buruk bagi diri sendiri beberapa tahun kemudian. 

Tak perlu bingung, benar kan? #%^@%&#*#^*@(@&@(@^@%@(#@%***(()@??#&@$ tenang tidak akan apa-apa!

Kenapa Berita Buruk di Media Terasa ‘Menarik’ daripada Berita Baik?


Kalau menjawab pertanyaan dari judul diatas, tentunya tak bisa ditanyakan kepada jurnalis, media, reporter, pers, pembawa berita sampai akun gosip dan berita harian sekalipun. Mengapa? karena Mereka sejatinya hanya menyiarkan, menyampaikan dan memberitakan bukan ‘membuat’ peristiwa atau kejadian yang terjadi. 

Pertanyaan tersebut lebih pantas ditanyakan kepada publik atau penikmat berita bahwa mengapa berita buruk atau kontroversial lebih banyak menarik view dan perhatian pembaca daripada berita normal dan baik. Ini memang fakta, kalau dilihat dari statistik data pengunjung situs berita lebih gatal tangan untuk mengklik berita yang judul serta konteksnya agak lumayan menggugah penasaran bagi setiap pribadi yang kaget.

Contohnya saja tentang perceraian, kerusuhan antar kelompok, perampokan keji, pembunuhan berantai, idola yang bunuh diri, bullying, perseteruan antar tokoh, penyandraan, demonstrasi ricuh, perselingkuhan, pelanggaran HAM, kecelakaan besar, jatunya pesawat, skandal selebriti dan publik figur serta apapun sejenisnya. 

Bandingkan dengan berita pernikahan, kemajuan teknologi, peresmian infrastruktur, pelestarian budaya, perkembangan inovasi, dunia pendidikan yang semakin progresif dan apapun sejenisnya. Mengapa rata-rata orang lebih ‘minat’ dalam tanda kutip memilih dan menghabiskan waktu untuk melihat dan membaca berita diatas?  Jawaban utamanya tentu karena rasa penasaran pada setiap orang.

Rasa penasaran membuat setiap orang bertanya-tanya “kenapa? bagaimana bisa? dimana kejadiaannya? kapan? dan bagaimana kelanjutannya?” rentetan pertanyaan ini saling berlanjut dan terhubung membuat seseorang cenderung mengklik berita lebih dari satu judul dan berlanjut setiap waktunya. Berita yang terus diupdate juga menampilkan yang terbaru terhadap perkembangan kasus dan hasil penyelidikan dan membuat seseorang melepas dahaga rasa ingin tahunya. Sebab, rasa ingin tahu adalah bagian dari pengetahuan sekalipun itu hal-hal yang buruk

Selanjutnya,tentu karena secara insting seseorang pasti juga ingin cepat merespon atas hal yang tidak beres. Terutama karena konteksnya adalah berita buruk yang dimana itu merepresentasikan duka, negatif dan sesuatu yang tidak beres. 

Respon tersebut bermacam-macam seperti empati, komentar, melempar opini pada kolom komentar, media sosial serta kepada lingkungan sekitar yang dituangkan dengan perbincangan. Mengapa bisa? karena suatu keadaan yang sedang normal jika dikagetkan dengan suatu berita buruk atau negatif, atensi publik langsung mengarah kepada berita tersebut dan secara otomatis setiap manusia akan merespon dengan serentak, cepat dan menyebar dengan masif. 

Berita buruk berbeda dengan berita baik yang seperti terasa normal dan ‘datar-datar’ saja. Setiap orang kadang berpendapat bahwa berita baik di media kadang sudah final alias tidak perlu ditanggapi dan ditunggu lagi kelanjutannya.

Seperti misalnya berita penuntasan kemiskinan yang artinya pemerintah sudah berhasil menuntaskan kemiskinan dan itu sudah mencapai target. Setiap orang merasa sudah tidak perlu membahasnya karena sudah tidak ada ‘masalah’ yang perlu dibahas. Pada berita yang baik, seseorang sudah menyandarkan pada fakta bahwa sesuatu sudah normal dan menjadi baik.

Setelah semua tentang berita buruk telah mengalami perjalanan, mengapa terkadang masih terasa trending? pernahkah melihat berita suatu berita seperti perceraian publik figur? tentu penyebab utamanya adalah berita, artikel, forum dan tips turunan. Maksudnya? setelah berita perceraian publik figur yang menghebohkan pasti muncul artikel tips menghindari perceraian, pesan sebelum menikah, berita tentang pribadi yang bersangkutan, artikel tentang kejadian sebelum yang bersangkutan bercerai, fakta-fakta dibaliknya yang semua itu membuat suatu berita semakin besar dan agak lama selesai.

Untuk yang paling akhir, terkadang berita buruk sangat baik untuk memberikan pesan moral atau pelajaran hidup. Ini juga salah satu penyebab setiap orang supaya kehidupannya tidak menjadi berita buruk. Siapa yang mau mengalami hal yang buruk? tentu tidak. Melihat berita tentang perceraian, setiap manusia harus mencintai penuh pasangannya. Melihat berita tentang idola bunuh diri, setiap manusia perlu meningkatkan spiritualnya. Melihat berita tentang skandal, bullying dan hal-hal perseteruan maka setiap manusia harus saling menghargai perbedaan. 

Semoga tak ada berita buruk (lagi).