Mengungkit Kesalahan atau Mencari Kesalahan?

Dalam suatu hubungan, pertemanan, lingkungan sosial dan keluarga jelas ada yang bernama konflik. Disaat konflik melanda, semuanya terasa hilang arah dan kendali. Buta hati dan gelap mata pun merundungi seakan menggoda untuk terus melampiaskan.

Meski tidak ada teriakan, namun batin berteriak. Konflik sunyi pun bisa saja terjadi. Fisik pun diuji untuk tidak bergerak karena keadaan. Semua cuma sesaat. Emosi itu cuma hinggap sebentar. Tapi itu untuk konflik kecil kan? bagaimana dengan konflik besar? sama saja sepertinya. Semua bisa diselesaikan.

Tapi ada yang menarik disini. Sehening-heningnya Si pendiam, pasti akan bersuara berisik jika ada yang mengusiknya. Dan sesabar-sabarnya si penyabar pasti akan lepas kendali jika sudah habis kesabarannya. Perang kata-kata pun terluncur dari lisan. Hujan kalimat pembelaan dan serangan berbalas dengan tempo cepat.

Seiring dengan berjalannya perbedaan dan masalah yang datang, pentingkah kesalahan dibahas kembali? mengingat semua masalah itu bisa diselesaikan. Kesalahan juga wajar karena tiap orang tempatnya salah dan lupa bukan? lalu mengapa masih mengungkit-ungkit masalah? entahlah.

Inti dari masalah sebenarnya bukan masalah dan dampaknya saja tetapi bagaimana Kita bisa mengambil hikmah dan solusi untuk memperbaiki keadaan yang sudah tercoreng masalah. Tergores memang masih meninggalkan bekas, tetapi sembuh adalah tujuannya. Kita bisa melihat luka tersebut sebagai pengingat agar Kita tidak kembali mengulang luka itu.

Seringkali perdebatan masalah berujung kepada mengungkit-ungkit masalah karena belum puasnya memanjakan emosi. Memang supaya kelegaan itu datang kadang melampiaskan itu normal hanya saja sampai kapan? haruskah terus menerus? ketika keadaan sudah membaik dan terjadi konflik lain, apakah harus mengungkit lagi masalah yang sudah-sudah? terjadi lagi dan lagi bukan?

Setelah semuanya selesai memang Kita harus mendinginkan kepala walau panas diawal. Bahkan, ada hal lain yang tak Kita sadari saat berkonflik yaitu mencari-cari kesalahannya. Inilah tipe yang juga berbahaya. Mengapa? karena dasarnya orang-orang yang mencari-cari kesalahan adalah pribadi yang manipulatif serta tidak mau kalah sewaktu Ia sedang salah.

Mereka ingin membalikkan keadaan dan mencari-cari cela pada seseorang. Mereka juga dikenal dengan tipe defensif yang memaksakan apapun demi membuat dirinya bersih atau minimal sama-sama bersalah dengan lawannya.

Bagaimana perasaan orang lain yang dicari-cari kesalahannya? jika memang terdapat salah yang tidak disadari itu normal saja. Namun bagaimana jika seakan dipaksa untuk mengaku bahwa Ia salah? dan disetting seakan lawannya juga salah? Marah bukan? sebagian besar akan tidak terima dan konflik berlanjut kembali dengan terus menerus.

Kadang, konflik itu baik untuk kedewasaan dan pelajaran. Ingat, perbedaan, masalah, kesalahan dan konflik itu baik untuk masa lalu. Mengulanginya justru akan merugikan. Selanjutnya hanya perlu menjadikan kesalahan sebagai reminder untuk tiap pribadi.

Mana yang lebih baik antara mengungkit kesalahan dan mencari kesalahan? lebih baik jika tidak memilih keduanya. Lalu, mana yang lebih buruk dari keduanya? lebih buruk jika melakukan keduanya terutama secara bersamaan.