Apa yang salah dari mengakui Kesalahan?

Salah memang wajar walau berat mengakuinya. Kesalahan adalah bentuk manusiawi selama kita bisa menjadikannya pelajaran bukan keterpurukan melulu. Dan mengaku salah? Ini lebih baik.

Mengakui memang bentuk pertama dalam merespon. Mengaku lebih baik daripada pura-pura tak bersalah serta melempar kesalahan. Toh memang kita bisa berpotensi salah bukan?

Mengakui adalah bentuk pertama dan setelahnya kita memperbaikinya. Kesalahan adalah tempat belajar. Kesalahan harus ditanggapi secara bijak. Selama kita juga tak sengaja sih. Selama kita mau lebih baik bukan lebih buruk.

Malu memang sih, khilaf ya pasti. Namun setelahnya ada banyak opsi jalan untuk menguburnya. Memang sulit dilupakan walaupun hanya satu kesalahan. Setidaknya perbaiki sehingga kita hanya bisa mengingat diri yang lebih baik saat ini.

Sehingga kesalahan akan dilupakan kan? Tak apa jika masih ada mulut yang terbuka untuk menghina. Tak apa jika masih ada orang yang rela mengungkit cerita lama. Dan tak apa juga jika masih ada mereka yang merasa paling benar.

Toh kita semua pernah salah, tapi hanya sedikit yang mengakuinya bukan?

Kata-kata yang Sebenarnya Salah, pernahkah Menggunakannya?

Berbagai macam kalimat diucapkan sesuai keadaan dan situasi. Kata-kata haruslah dari lubuk hati yang terdalam. Dalam keadaan tertentu pasti kata-kata menjadi bentuk kejujuran alias benar-benar dari yang diinginkan kepada seorang lainnya.

Tetapi memang sebagian orang tak menyadari bahwa beberapa kata-kata yang seharusnya terucap memang bukan begitu adanya. Meskipun tidak bermaksud begitu namun bagaimana jika lawan bicara menyadari letak kata-kata yang salah?

Berhati-hatilah dan perhatikan kata-kata yang terlontar. Karena kata-kata bisa memadamkan kesedihan, menyejukkan hati dan memunculkan prasangka. Perhatikanlah kata-kata sebagaimana memperhatikan lawan bicara terutama dalam hubungan.

Tentunya komunikasi dan hubungan jelas dekat dan erat. Tidak hanya bahasa untuk kebahagiaan dan lelucon dalam menghiburnya saja. Namun lebih dari itu, kata-kata dalam situasi yang rentan akan menentukan bagaimana selanjutnya.

“Aku minta maaf jika ada salah”

Apakah ini jelas salah? Ya, antara salah dan kurang tepat memang terasa walau sebagian tak menyadarinya. Lalu apa? Karena mengandung sebuah kata pengandaian ‘kalau’ yang dimana itu rancu.

Mengapa tak menggantinya dengan kata “aku minta maaf atas semua kesalahan” saja? Jelas sangat berbeda bukan antara kedua kalimat tersebut. Karena kalimat ‘aku minta maaf atas semua kesalahan’ berarti mengakui dan menyadari kesalahan serta meminta maaf.

“Bagaimana pun dirimu Aku menerima”

Kalimat ini disadari atau tidak memang agak bijak dan menerima pasangan apa adanya. Namun ini akan menjadi alasan seseorang untuk berbuat seenaknya Karena sudah merasa diterima oleh pasangannya.

Terlebih jika seseorang berbuat seenaknya , sementara pasangannya merasa tak nyaman dan seseorang itu hanya berilah “inilah Aku, Kamu menerimaku bukan?” Kalau sudah begini bagaimana?

Padahal lebih baik menggantinya dengan “Aku menerimamu dan Aku siap membimbingmu atas semua kekurangan” dan ia juga katakan padamu sebaliknya juga bukan? Ini menunjukkan bahwa seseorang memang tak sempurna namun saling memperbaiki dan berpasrah saja.

“Biar Aku yang menanggung semuanya”

Apa yang salah dengan kalimat itu? Ya karena pada dasarnya tanggung jawab itu berdua bukan sendiri. Pengorbanan lebih kepada keduanya bukan hanya sendiri. Jika hanya sendiri, itu lebih cocok dikatakan kesenjangan hubungan yang berbahaya.

Ubahlah kalimat menjadi “Kita akan melewati konsekuensi secara bersama-sama” supaya lebih baik dan masing-masing bisa berperan.

“Kalau Kamu sedih Aku pun bersedih”

Kesalahan kalimat tersebut ada kepada berpasrah pada keadaan ketika pasangan sedang bersedih. Mengapa? Jika Ia bersedih, maka jangan ikut bersedih melainkan hanya bersimpati saja bukan ikut-ikutan.
Sudah selayaknya jika Ia bersedih, maka hiburlah dan tetap berusaha membuatnya bahagia. Bukan dengan ikut-ikutan bersedih yang malah akan menambah energi kesedihan dalam hubungan. Ia akan malah khawatir dalam lingkup hubungan ini. Lebih baik menggantinya dengan “Seberapa banyak Kamu bersedih, Aku akan menghiburmu”. Karena Sudah selayaknya berperan untuk menghapus kesedihannya bukan dengan ikut berkabung dalam duka

“Apapun keputusanmu Aku mendukung!”

Apa yang salah? Bukankah ini baik? Jelas salah karena terkesan asal mendukung saja. Jika sudah dibicarakan jelas tak apa-apa. Namun jika langsung mendukung tanpa membantunya mempertimbangkan segalanya, maka tidak baik.

Bagaimana jika keputusan itu buruk baginya dan Kita asal mendukung saja? Karena mendiskusikan semuanya adalah aktif dalam membangun perhatian lebih. Tetapi memang Apapun hasilnya, saling mendukung adalah nilai lebih bagi suatu hubungan. Lebih baik ganti dengan “Kita akan putuskan bersama dan Aku mendukungmu!” bukan?

Segala maksud yang terucap, tertulis dan terkirim kepadanya memang bisa saja tak sama dengan apa yang Ia pikirkan. Karena kata-kata adalah media untuk memahami.

Ganti saja.